Rabu, 21 Oktober 2015

Cerpen "Bret Untuk Ibu"


Baret untuk ibu

“ndra tangi uwes esuk, wayahe sholat subuh” suara yang keluar dari mulut seorang wanita  berumur 51 tahun, seorang ibu yang 18 tahun lalu melahirkan  bayi lali-laki lucu yang di beri nya nama Ganendra Ramadan, bocah laki-laki yang kini sudah menjelma bagai Arjuna dalam tokoh pewayangan. Saat ini dia duduk di bangku kelas 3 SMA di salah satu sekolah di kota Magelang

***

LULUS, tulisan yang tertera di surat kelulusan Ganendra, sujud syukur pun tak lupa dia lakukan atas hasil yang baru saja dia terima. “buk aku lulus buk, aku lulus”, teriak nedra dari pintu yang baru saja dia buka. Ibu nya yang sedang memasak langsung mematikan kompor dan menemui anak nya yang berteriak-teriak kegirangan seperti habis menang undian 1 milyar saja.  “ono opo to cah bagus, kok ning njero omah bengak bengok koyo ning alas?’ tanya ibu nedra. “alhamdulillah buk aku lulus, matur nuwun  atas doane”,  jelas nendra kepada ibuk nya. “Alhamdulillah ya allah” sahut ibu nya kembali.

***

Minggu pagi setelah menunaikan sholat subuh, nendra melihat ibu nya sudah menyapu di halaman depan rumah, melihat tangan-tangan keriput itu memegangi sapu lidi yang sudah mulai patah karena sudah terlalu sering di pakai. Nendra masuk ke dalam kemudian keluar lagi dengan membawa segelas teh manis  hangat yang sengaja dia buat untuk ibu yang dia sayangi itu.

“buk, ini tak buatin teh, di minum dulu buk mumpung masih anget”

“iyo ndra, tumben nggaweke ibuk teh, ono opo?”

“buk, nendra pengen daftar tentara,?

“Tentara? la opo koe ora pengen kuliah nang, koyo kanca-kanca mu seng liyo?”

“ya pengen buk, tapi besok aja lah buk, kalo nendra udah punya uang sendiri, kan kuliah gak harus sekarang to buk”

“yawes nek pengen mu koyo ngunu ndra, ibuk mung iso ngeki doa restu kanggo awakmu, makane koe berdoa trus usaha sing bener yo ndra”

“enggih buk”,  kata nendra sembari memeluk tubuh ibu nya itu.

***

Hari demi hari  nendra mempersiakan fisik dan juga otak untuk nanti nya mendaftar TNI. Bulan yang di tunggu-tunggu pun datang, nendra   di bantu ibu nya mempersiapkan semua keperluan yang dia butuhkan untuk mencalonkan diri sebagai abdi negara sekaligus sebagai kebanggaan ibu nya kelak. Dengan mantab dan bismillah nendra meninggalkan ibu nya menuju tempat  pendaftaran, proses yang membutuhkan waktu lama yang tak cukup hanya satu atau dua minggu akan selesai. Tahap demi tahap, seleksi demi seleksi nendra lewati hingga akhir nya dia di nyatakan lolos dan akan melaksanakan pendidikan sebagai calon abdi negara, yang arti nya dia harus meninggalkan ibu nya seorang diri di rumah selama dia menempuh pendidikan di keras nya kawah Candradimuka yang akan di jalani nya selama hampir satu tahun ke depan.

“buk, nendra pamit, doain nedra sehat di sana ya buk”, sembari memegang tangan keriput ibu nya.

 Uhuk.. uhuk.. suara batuk yang keluar dari mulut ibu nendra lalu melanjutkan kata-kata nya “iyo ndra, doa ne ibuk ora bakal putus kanggo koe, ojo neko-neko yo le”

“ibuk sakit ya buk, sakit apa to buk, nendra anter priksa ke dokter  ya buk?”

“orak ndra, ibuk orapopo, uwis ora usah mikir ke ibuk, sing penting saiki awakmu”

“enggih buk, ibuk jaga kesehatan ya buk, pokok nya pas nendra di lantik jadi prajurit TNI ibuk harus dateng, harus lihat nendra di lantik”.

Dengan berat hati nendra meninggalkan ibu yang terlihat sedikit pucat, tidak seperti biasnya yang selalu terlihat segar walau sedang dalam keadaan yang sangat lelah.

***

Empat bulan pertama telah Ganendra lewati walau dengan hati dan pikiran yang selalu teringat oleh ibu nya. Lima bulan, enam bulan, tujuh bulan di lewati nya dengan susah payah sebagaimana hal nya seorang prajurit TNI. Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, hari pelantikan dimana Ganendra ingin sekali melihat ibunya tersenyum di saat dia untuk pertama kali di lantik dan mengenakan baret kebanggaan corps TNI Angkatan Darat yang selama ini di idam-idam kan nya.

Ganendra Ramadhan, begitu namanya di sebut, nendra bergegas untuk berdiri dan maju ke depan untuk menerima baret yang slama ini di idam-idam kan nya. “buk, nendra maju dulu nya”, sembari mencium tangan ibu nya yang duduk persis di sebelah nya saat acara pelantikan di gelar.

“buk, alhamdulillah sekarang nendra resmi jadi anggota TNI”

“uhuk.. uhuk.. iyo ndra ibuk bangga karo kamu, ibuk bangga ndue anak koyo kamu ndra”,  sahut ibu nendra dengan terbatuk-batuk dan dengan wajah yang sangat pucat.

“ibuk sakit ya buk?”, belum sempat nendra menyelesaiakn perkataan nya, tubuh tua itu ambruk tak sadarkan diri, kontan nendra kaget dan langsung membawa ibu nya ke rumah sakit. Di ruang tunggu rumah sakit nendra menunggu dengan cemas, masih dengan seragam loreng nya karena sedari tadi nendra belum sempat berganti pakaian karena terlalu cemas memikirkan keadaan ibu nya, setengah jam berlalu dokter yang menangani ibu nendra keluar dan memberitahu kan bahwa ibu nya terkena penyakit Hepatitis B, dengan sempoyongan nendra berusaha menegakan posisi berdiri nya yang hampir saja terjatuh karena kaget tentang penyakit ibu nya yang selama ini tak pernah di ketahui nya.

Beberapa hari berlalu ibu nya di rawat di rumah sakit, namun keadaan nya semakin memburuk “buk, cepet sadar ya buk, nendra sayang ibuk” ujar nendra dengan menangis sambil memegang tangan ibu nya yang sedang tertidur itu, belum sempat nendra menuntaskan omongan nya keadaan ibu nya tiba-tiba memburuk belum sempat dia memanggil dokter, layar monitor penunjuk detak jantung yang tersambung dengan tubuh ibu nendra sudah menunjukan garis lurus, yang arti nya bahwa ibu nendra telah meninggal dunia.

***

Sabtu pagi nendra bersiap untuk ziarah ke kuburan ibu nya, tak lupa dia membawa untuk di tabur di atas kuburan ibu nya, setelah mengirim doa untuk  sang ibu nendra hanya berkata “buk, terima kasih atas semua yang sudah ibuk berikan buat nendra, terima kasih atas perjuangan ibuk melawan penyakit yang selama ini menggerogoti tubuh ibuk  hanya untuk melihat nendra memakai baju loreng dan baret ini, walau hanya itu hanya sejenak, nendra sayang ibuk” sembari mencium nisan ibu nya.

***TAMAT***

Jumat, 07 Agustus 2015



Analisis Cerpen Juru Masak
Karangan Damhuri Muhammad

    I.            Unsur Intrinsik
A.   Judul        : Juru Masak
B.  Tema         :  Bidang Keahlian
C.  Setting       :
a)    Tempat
-         Lareh Panjang : ( Makaji yang merupakan juru masak nomer satu di Lareh Panjang.)
-         Rumah Mangkudun : ( Kenduri di rumah Mangkudun begitu
Semarak.)
b)    Waktu
-         Beberapa tahun lalu : ( Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamdji yang digelar dengan menyembilih tiga belas ekor kambing dan berlangsung tiga hari.)
-         Sejak dulu : ( Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja.)
-         Kini : ( Azrial kini sudah menjadi juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah yang tiap hari melayani pelanggan.)
-         Sejak ibunya meninggal : ( Sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah tidak ada yang merawat.)
-         Dua hari sebelum perhelatan berlangsung : ( Dua hari sebelum perhelatan berlangsung, Azrial putra dari makaji dating dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput makaji.)
c)     Suasana
-         Kacau : ( Apabila Makaji tidak dilibatkan gulai kambing akan terasa hambar.)
-         Bingung : ( Rombongan mempelai pria tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai kentang, gulai rebung, dan aneka hidangan yang tersaji bukan masakan Makaji.)
-         Kesal : ( Kalau besok gulai nangka masih sehambar ini, kenduri tak usah dilanjutkan!.)
-         Debat : ( “Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.”
 “ Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,”balas Makaji.)
-         Sedih : ( Dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni.)

D.    Tokoh dan Watak :
a)    . Makaji
-         Baik hati : ( Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta.)
-         Pekerja keras : ( Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.)
-         Tanggung jawab : ( Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi, anak gadis Mangkudun dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan.)
b)    Mangkudun
-         Sombong : ( Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!)
-          Keras kepala : ( Mangkudun benar-benar menepati janji Renggogeni , bahwa ia akan mencarikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya.)
c)     Azrial
-         Baik hati : ( Bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.)
-         Pendendam : ( Dengan maksud mengacaukan perhelatan  Mangkudun, Makaji diboyong ke Jakarta oleh Azrial.)
-         Pekerja keras : ( Awalnya ia hanya tukang cuci piting di rumah makan milik seorang perantau, kini Azrial sudah jadi juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah.)
d)     Renggogeni
-         Baik hati : ( Dia laki-laki taat, jujur, bertanggung jawab.)
-         Pintar : ( Tidak banyak orang Lereh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni.)
-         Penurut : ( Karena menuruti kemauan Ayahnya untuk di jodohkan.)



E.   Alur
Alunya yaitu maju mundur atau campuran.

F.    Sudut Pandang
Sudut Pandangnya yaitu orang ketiga serba tahu
Karena pengarang sudah mengetahui apa yang akan terjadi jika tidak ada Makji.

G.   Amanat
-         Janganlah memaki seseorang jika suatu saat akan membutuhkannya.
-         Jangan mempunyai rasa dendam kepada siapapun yang telah menyakiti tapi berpikirlah kedepan.
-         Jaga, hormati, dan lindungi orangtua kita.
-         Kunci kesuksesan yaitu adanya usaha, kerja keras, dam kegigihan.
-         Hilangkan sifat sombong yang akan menjerumuskanmu pada penderitaan.
-         Jangan memaksakan sesuatu yang tak di kehendakin karena akan berakibat buruk kedepannya.

   II.            Unsur Ekstrinsik

A)   Nilai Sosial
( Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta.)
B)    Nilai Budaya
( Dengan adanya khas budaya dari Lareh Panjang yaitu berupa makanan seperti : Gulai kambing, gulai nangka, gulai kentang, gulai rebung,  adanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lereh Panjang, dan adanya pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinana.)
C)   Nilai Moral
( Buruk : “Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masal!”.
Baik : “ Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.”)
                                    
TERIMAKASIH